Cari Blog Ini

Senin, 12 November 2018

Audit Teknologi Sistem Informasi

Audit Sistem Informasi

Pengertian Audit Sistem Informasi

Audit sistem informasi atau Information System Audit disebut juga EDP Audit (Electronc Data Processing Audit) / Computer audit merupakan suatu proses dikumpulkannya data dan dievakuasinya butki untuk menetapkan apakah suatu sistem aplikasi komputerisasi sudah diterapkan dan menerapkan sistem pengendalian, internal yang sudah sepadan, seluruh aktiva dilindungi dengan baik atau disalahgunakan dan juga terjamin integrita data, keandalan dan juga efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan informasi berbasis komputer.

Konsep Audit Teknologi Sistem Informasi

Audit teknologi sistem informasi adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. Pada mulanya istilah ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari semua kegiatan sistem informasi dalam suatu perusahaan. Istilah lain dari audit teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan integratif dalam mencapai target organisasinya.

Metode dan Alat Audit Teknologi Sistem Informasi


Proses audit system informasi dengan system manual pada dasarnya adalah sama. Yang membedakannya hanya auditing manual tidak menggunakan computer sedangkan auditing system informasi didalam pemrosesan transaksi menggunakan computer. Metode utama terhadap auditing berdasarkan computer, yaitu :

1. Audit Around the Computer (Audit di sekitar Komputer)

Audit Around the Computer merupakan suatu pendekatan audit dimana auditor memperlakukan computer sebagai black box, artinya pemrosesan aplikasi tidak diuji secara langsung. Metode ini hanya berfokus pada input dan output dari system aplikasi. Metode ini mengansumsikan jika input benar dan outpun benar, maka prosesnya dianggap benar.

Sedangkan menurut Weber Audit Around the Computer merupakan audit terhadap suatu penyelenggaraan system informasi yang berbasis computer tanpa menggunakan kemampuan peralatan itu sendiri.

Biasanya Audit Around the Computer dilakukan oleh auditor yang memiliki pengetahuan yang minim tentang computer. Metode Audit Around the Computer ini cocok untuk dilaksanakan pada kondisi sebagai berikut :

  1. Dokumen sumber tersedia dalam bentuk kertas (bahasa non mesin), artinya mash kasat mata dan dapat dilihat secara visual.
  2. Dokumen-dokumen disimpan dalam file dengan cara yang mudah ditemukan.
  3. Keluaran dapat diperoleh dari daftar yang terinci dan auditor mudah menelusuri setiap transaksi dari dokumen sumber kepada keluaran dan sebaliknya.
  4. System computer yang diterapkan masih sederhana.
  5. System computer yang diterapkan masih menggunakan software yang umum digunakan, telah diakui dan digunakan secara massal.
Dalam pendekatan audit disekitar komputer, auditor dapat melangkah kepada perumusan pendapat dengan hanya menelaah struktur pengendalian dan melaksanakan pengujian transaksi dan prosedur verifikasi saldo perkiraan dengan cara yang sama seperti dalam sistem manual bukan sistem informasi berbasis komputer. Auditor tidak melakukan upaya untuk menguji pengendalian sistem informasi berbasis komputer klien, tetapi terhadap input serta output sistem aplikasi. Dari penilaian terhadap kualitas input dan output sistem aplikasi ini , auditor dapat mengambil kesimpulan tentang kualitas pemrosesan data yang dilakukan klien. Oleh karena itu auditor harus dapat mengakses ke dokumen sumber yang cukup dan daftar keluaran (output) yang terinci dalam bentuk yang dapat dibaca. Kuncinya adalah penelusuran transaksi terpilih mulai dari dokumen sumber sampai ke perkiraan dan laporan keuangan. Untuk menerapkan metode ini, pertama auditor meninjau dan menguji pengendalian masukan (input control), kemudian menghitung hasil yang diharapkan dari pemrosesan transaksi yang terpilih lalu auditor membandingkan hasil sesungguhnya seperti yang tampak dalam laporan ikhtisar saldo perkiraan, dengan hasil yang dihitung secara manual.

Kelebihan dan kelemahan Audit Around the Computer adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
  1. Cara paling efektif dengan pendekatan biaya. Karena biaya yang terkait dalam pelaksanaannya kecil.
  2. Pelaksanaan audit lebih sederhana, lebih mudah dan dimengerti oleh semua orang.
  3. Auditor yang memiliki pengetahuan minimal di bidang computer dapat dilatih dengan mudah untuk melaksanakan audit.
  4. Tidak ada resiko terhadap kemungkinan hancurnya data sesungguhnya.
Kelemahan :
  1. Jenis aplikasi computer yang digunakan dengan baik sangat terbatas.
  2. Pendekatan ini tidak memberikan informasi tentang kemampuan system untuk mengatasi perubahan.
  3. Jika lingkungan berubah maka kemungkinan system itupun akan berubah dan perlu penyesuaian system atau program-programnya, bahkan mungkin struktur data/file, sehigga auditor tidak dapat menilai /menelaah apakah system masih berjalan baik.
  4. Database biasanya dalam jumlah data yang banyak dan sulit untuk dilacak secara manual.
  5. Auditor tidak akan memahami operasional didalam system computer.
  6. Adanya pengabaian pada system pengolahan computer sehingga rawan adanya kesalahan potensial di dalam system.
  7. Kemampuan computer sebagai fasilitas penunjang pelaksanaan audit menjadi tidak ada.
  8. Tidak menyelesaikan maksud dan tujuan proses audit secara keseluruhan.
2. Audit Through The Computer.

Metode Audit Through The Computer merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada computer dengan membuka black box dan secara langsung berfokus pada operasi pemprosesan dalam system computer. Metode ini berasumsi bahwa apabila system pemrosesan mempunyai pengendalian yang memadai maka kesalahan dan penyalagunaan tidak akan terlewat untuk dideteksi. Sebagai akibatnya keluaran dapat diterima.

Sedangkan menurut Weber, pada umumnya para auditor sekarang terlibat dalam Audit Through The Computer. Auditor menggunakan komputer untuk menguji logic dan pengendalian yang ada dalam komputer dan catatan yang dihasilkan oleh komputer. Besar kecilnya penggunaan (peranan) komputer dalam audit tergantung pada kompleksitas dari sistem komputer perusahaan yang diaudit. Penggunaannya dapat sederhana atau lebih rumit. Selain itu auditor juga dapat meminta penjelasan dari para teknisi computer mengenai spesifikasi system dan atau program yang diperiksanya. Dalam pendekatan ini fokus perhatian auditor langsung pada operasi pemrosesan di dalam sistem komputer.

Tujuan dari Audit Through The Computer adalah untuk meneliti apakah aplikasi yang dioperasikan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Selain itu Audit Through The Computer dapat juga dilakukan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran akurasi dan validasi database atau penelitian software datanya.

Metode Audit Through The Computer harus digunakan apabila metode Audit Around The Computer tidak cocok atau tidak mencukupi. Jadi metode Audit Through The Computer ini harus diterapkan bila pemrosesan computer rumit dan melibatkan banyak file. Metode Audit Through The Computer ini dapat diterapkan bersama dengan metode Audit Around The Computer untuk memberikan kepastian yang lebih besar.

Metode Audit Through The Computer cocok dalam kondisi :
  1. Sistem aplikasi memroses input yang cukup besar dan menghasilkan output yang cukup besar pula, sehingga memperluas audit untuk meneliti keabsahannya.
  2.  Bagian penting dari struktur pengendalian intern perusahaan terdapat di dalam komputer yang digunakan.
  3. Sistem logika komputer sangat kompleks dan memiliki banyak fasilitas pendukung
  4. Adanya jurang yang besar dalam melaksanakan audit secara visual, sehingga memerlukan pertimbangan antara biaya dan manfaatnya.
Kelebihan dan kelemahan Audit Through The Computer adalah sebagai berikut:
Kelebihan :
  1. Dapat meningkatkan kekuatan pengujian system aplikasi secara efektif.
  2. Dapat memeriksa secara langsung logika pemrosesan dari system aplikasi.
  3. Kemampuan system dapat menangani perubahan dan kemungkinan kehilangan yang terjadi pada masa yang akan datang.
  4. Auditor memperoleh kemampuan yang besar dan efektif dalam melakukan pengujian terhadap system computer.
  5. Auditor merasa lebih yakin terhadap kebenaran hasil kerjanya.
Kelemahan :
  1. Biaya yang dibutuhkan relative tinggi karena jumlah jam kerja yang banyak untuk dapat lebih memahami struktur pengendalian intern dari pelaksanaan system aplikasi.
  2. Butuh keahlian teknis yang lebih mendalam untuk memahami cara kerja system.

Regulasi Audit Teknologi Sitem Informasi


Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan, Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Indonesia belum memiliki Undang-Undang khusus atau cyber law yang mengatur mengenai cybercrime walaupun rancangan undang-undang tersebut sudah ada sejak tahun 2000 dan revisi terakhir dari rancangan undang-undang tindak pidana di bidang teknologi informasi sejak tahun 2004 sudah dikirimkan ke Sekretariat Negara RI oleh Departemen Komunikasi dan Informasi serta dikirimkan ke DPR namun dikembalikan kembali ke Departemen Komunikasi dan Informasi untuk diperbaiki.

Proses atau tahapan audit TSI


a. Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan ini yang akan dilakukan adalah menentukan ruang lingkup (scope), objek yang akan diaudit, standard evaluasi dari hasil audit dan komunikasi dengan managemen pada organisasi yang bersangkutan dengan menganalisa visi, misi, sasaran dan tujuan objek yang diteliti serta strategi, kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengolahan investigasi.

Perencanaan meliputi beberapa aktivitas utama, yaitu:
Ø Penetapan ruang lingkup dan tujuan audit
Ø Pengorganisasian tim audit
Ø Pemahaman mengenai operasi bisnis klien
Ø Kaji ulang hasil audit sebelumnya
Ø Penyiapan program audit

b. Pemeriksaan Lapangan (Field Work)

Tahap ini yang akan dilakukan adalah pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan pihak-pihak yang terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapan berbagai metode pengumpulan data yaitu: wawancara, quesioner ataupun melakukan survey ke lokasi penelitian.

c. Pelaporan (Reporting)

Setelah proses pengumpulan data, maka akan didapat data yang akan diproses untuk dihitung berdasarkan perhitungan maturity level. Pada tahap ini yang akan dilakukan memberikan informasi berupa hasil-hasil dari audit. Perhitungan maturity level dilakukan mengacu pada hasil wawancara, survey dan rekapitulasi hasil penyebaran quesioner. Berdasarkan hasil maturity level yang mencerminkan kinerja saat ini (current maturity level) dan kinerja standard atau ideal yang diharapkan akan menjadi acuan untuk selanjutnya dilakukan analisis kesenjangan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kesenjangan serta mengetahui apa yang menyebabkan adanya kesenjangan tersebut.

d. Tindak Lanjut (Follow Up)

Tahap ini yang dilakukan adalah memberikan laporan hasil audit berupa rekomendasi tindakan perbaikan kepada pihak managemen objek yang diteliti, untuk selanjutnya wewenang perbaikan menjadi tanggung jawab managemen objek yang diteliti apakah akan diterapkan atau hanya menjadi acuhan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.


Teknik Audit TSI

1. Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk pengujian fisik adalah :

a.Observasi/pengamatan 
Peninjauan dan pengamatan atas suatu objek secara hati-hati, ilmiah, dan berkesinambungan selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah.

b.Inventarisasi/opname 
Pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang, menilai kondisinya dan membandingkan dengan saldo menurut buku, kemudian mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada. hasil opname biasanya dituangkan dalam suatu berita acara.

c.Inspeksi
Meneliti secara langsung ketempat kejadian, yang lazim pula disebut on the spot inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti.

2. Teknik audit yang digunakan untuk mengumpulkan bukti dokumen adalah :

a.Verifikasi 
Pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian perhitungan, kesahihan, pembukuan, kepemilikan, dan eksistensi suatu dokumen

b.Cek
Menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu dengan teliti.

c.Uji atau Test 
Uji atau test adalah penelitian secara mendalam terhadap hal-hal secara esensial atau penting.

d.Footing 
Menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari atas ke bawah. Footing dilakukan terhadap data yang disediakan audit, tujuan teknik footing adalah untuk menentukan apakah data atau laporan yang disediakan audit dapat dibenarkan ketepatan perhitungannya.

e.Vouching 
Menelusuri suatu informasi atau data dalam suatu dokumen dari pencatatan menuju kepada adanya bukti pendukung atau menelusuri mengikuti prosedur yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan.

f.Telusur 
Teknik audit dengan menelusuri suatu bukti transaksi atau kejadian menuju ke penyajian dalam suatu dokumen.

g.Scanning 
Penelaahan secara umum dan dilakukan dengan cepat tetapi teliti, untuk menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu informasi.

h.Rekonsiliasi 
Mencocokan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama dikerjakan oleh bagian yang berbeda.





3. Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti analisis adalah

· Analisis memecah atau mengurai data informasi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil atau bagian-bagian, sehingga dapat diketahui pola hubungan antar unsur atau unsur penting tersembunyi. Teknik ini sering disebut bencmarking membandingkan dengan unit lain yang sejenis.

· Evaluasi merupakan cara memperoleh suatu kesimpulan dengan mencari pola hubungan atau dengan menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang telah diperoleh baik bukti intern maupun ekstern.

· Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui penjabaran, penguraian, atau penelitian secara mendalam. tujuan yaitu memastikan apakah indikasi yang diperoleh dari teknik audit yang lainnya dilakukanmemang benar terjadi.

· Pembandingan yaitu membandingkan data dari satu unit kerja dengan unit kerja lain, atas hal sama dan periode yang sama atau hal yang sama dengan periode yang berbeda kemudian ditarik kesimpulan.

4. Teknik audit untuk mengumpulkan bukti keterangan adalah :

· Konfirmasi : adalah memperoleh bukti sebagai kepastian bagi auditor, dengan cara mendapatkan mendapatkan informasi yang sah dari pihak luar audit. konfirmasi terdapat konfirmasi positif yaitu konfirmasi yang harus dijawab secara tertulis oleh pihak luar dan konfirmasi negatif merupakan konfirmasi yang meminta jawaban tertulis bila data yang dikonfirmasi berbeda.


· Permintaan informasi : Permintaan informasi yang dilakukan dengan tujuan menggali informasi tertentu berbagai pihak yang berkompeten. hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu sumber informasi.



Standar dan kerangka kerja


Standard Audit Sistem Informasi Menurut ISACA (Information System Audit And Control Association) :
· S1 Audit Charter
Tujuan, tanggung jawab, kewenangan dan akuntabilitas dari fungsi audit sistem informasi atau penilaian audit sistem informasi harus didokumentasikan dengan pantas dalam sebuah audit charter atau perjanjian tertulis. Audit charter atau perjanjian tertulis harus mendapat persetujuan dan pengabsahan pada tingkatan yang tepat dalam organisasi.

· S2 Independence
Ø Professional Independence
Dalam semua permasalahan yang berhubungan dengan audit, auditor sistem informasi harus independen terhadap auditee baik dalam sikap maupun penampilan.
Ø Organisational Independence
Fungsi audit sistem informasi harus independen tehadap area atau aktivitas yang sedang diperiksa agar tujuan penilaian audit terselesaikan.

· S3 Professional Ethics and Standards
Ø Auditor  sistem informasi harus tunduk pada kode etika profesi dari ISACA dalam melakukan tugas audit.
Ø Auditor sistem informasi harus patuh pada penyelenggarakan profesi, termasuk observasi terhadap standar audit profesional yang dipakai dalam melakukan tugas audit.

· S4 Professional Competence
Ø Auditor sistem informasi harus seorang profesional yang kompeten, memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan tugas audit.
Ø Auditor sistem informasi harus mempertahankan kompetensi profesionalnya secara terus menerus dengan melanjutkan edukasi dan training.

· S5 Planning
Ø Auditor sistem informasi harus merencanakan peliputan audit sistem informasi sampai pada tujuan audit dan tunduk pada standar audit profesional dan hukum yang berlaku.
Ø Audit sistem informasi harus membangun dan mendokumentasikan resiko yang didasarkan pada pendekatan audit.

· S6 Performance of Audit Work
Ø Pengawasan-staff audit sistem informasi harus diawasi untuk memberikan keyakinan yang masuk akal bahwa tujuan audit telah sesuai dan standar audit profesional yang ada.
Ø Bukti-Selama berjalannya audit, auditor sistem informasi harus mendapatkan bukti yang cukup, layak dan relevan untuk mencapai tujuan audit. Temuan audit dan kesimpulan didukung oleh analisis yang tepat dan interprestasi terhadap bukti-bukti yang ada.
Ø Dokumentasi-Proses audit harus didokumentasikan, mencakup pelaksanaan kerja audit dan bukti audit untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor sistem informasi.

· S7 Reporting
Ø Auditor sistem informasi harus menyajikan laporan, dalam pola yang tepat, atas penyelesaian audit.
Ø Laporan audit harus berisikan ruang lingkup, tujuan, periode peliputan, waktu dan tingkatan kerja audit yang dilaksanakan.
Ø Laporan audit harus berisikan temuan, kesimpulan dan rekomendasikan serta berbagai pesan, kualifikasi atau batasan dalam ruang lingkup bahwa auditor sistem informasi bertanggung jawab terhadap audit.
Ø Auditor sistem informasi harus memiliki bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung hasil pelaporan.

Manajemen Resiko

Manajemen risiko adalah suatupendekatan terstruktur/ dalammengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk : , pengembangan strategi untuk mengelolanya dan risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti  kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum).

Cara Melakukan Manajemen Risiko dengan Efektif

Kerangka yang berkaitan dalam Manajemen Risiko Korporasi (MRK) yaitu:
Ø Lingkungan internal (internal environment)
Ø Penentuan sasaran (objective setting)
Ø Identifikasi peristiwa (event identification)
Ø Penilaian risiko (risk assessment)
Ø Tanggapan risiko (risk response)
Ø Aktivitas pengendalian (control activities)
Ø Informasi dan komunikasi (information and communication)
Ø Pemantauan (monitoring)



DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar