PENGERTIAN STRATEGY SERVICE (STRATEGI PELAYANAN)
SERVICE STRATEGI atau Layanan
Strategi adalah tahap pertama dari ITIL Service Management Lifecycle. Ini
adalah poros di mana siklus berputar. Fase ini digunakan untuk menetapkan
strategi keseluruhan untuk layanan TI yang direncanakan organisasi dan
manajemen layanan (ITSM) praktek. Ini memuncak dalam rencana strategis yang
menentukan bagaimana layanan TI yang direncanakan organisasi dan kebijakan dan
proses ITSM akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Layanan
Strategi fase membantu memastikan bahwa organisasi siap untuk mengelola biaya
dan risiko yang terkait dengan memulai layanan-layanan baru. Dalam fase ini,
organisasi melakukan hal berikut:. Tentukan ruang pasar untuk layanan TI yang direncanakan.
Menetapkan harapan kinerja untuk melayani pelanggan. Mengidentifikasi,
memprioritaskan, dan pilih peluang. Mengembangkan kebijakan, pedoman, dan
proses yang akan digunakan untuk mengelola layanan TI
Strategi
Kualitas Jasa (Pelayanan)
Dalam pemasaran jasa, kualitas
jasa ditentukan oleh yang melakukan pelayanan. Definisi kualitas jasa
berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyckof (Fandi
Tjiptono, 1997:146), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan
dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas
jasa, yaitu expected service dan perceived service
(Parasuraman, et aL, 1985).
Apabila jasa yang
diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan apa
yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa
yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah
daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian
baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam
memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
Parasuraman, Zeithaml
dan Berry mengidentifikasi lima kesenjangan yang menyebabkan penyajian layanan
yang tidak berhasil dalam memenuhi kualitas pelayanan yang dikehendaki, yaitu
(Fandi Tjiptono, 1997:146, Kotler, 2000:499):
- Kesenjangan antara harapan
konsumen dengan pandangan manajemen.
Manajemen tidak selalu
merasakan dengan tepat apa yang diinginkan oleh konsumen atau bagaimana penilaian
konsumen terhadap komponen pelayanan. Akibatnya manajemen tidak mengetahui
bagaimana suatu jasa seharusnya didesain, dan jasa‑jasa pendukung apa saja yang
diinginkan.
- Kesenjangan antara pandangan
manajemen dan spesifikasi kualitas pelayanan.
Kadangkala manajemen
mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereka
tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini bisa
dikarenakan tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap
kualitas jasa, kekurangan sumber daya, atau karena adanya kelebihan permintan.
- Kesenjangan antara spesifikasi
kualitas pelayanan dan penyampaian jasa.
Penyebab terjadinya
kesenjangan ini, misalnya karyawan kurang terlatih (belum menguasai tugasnya),
beban kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kinerja yang
ditetapkan. Selain itu mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar‑standar
yang kadangkala saling bertentangan.
- Kesenjangan antara penyajian
pelayanan dan komunikasi eksternal.
Seringkali harapan
pelanggan dipengaruhi oleh manajemen dan pernyataan atau janji yang dibuat oleh
perusahaan. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah apabila janji yang diberikan
ternyata tidak dapat dipenuhi.
- Kesenjangan antar pelayanan
yang dirasakan dan pelayanan yang diharapkan.
Kesenjangan ini terjadi
apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan dengan cara yang berlainan, atau
keliru mempersepsikan kualitas jasa. Walaupun pada awalnya persepsi yang
dimiliki konsumen dan perusahaan adalah sama, akan tetapi karena berbagai faktor
yang berlangsung, maka pada akhir proses pelayanan, persepsi konsumen dan
perusahaan tentang kualitas jasa ynag dimaksud bisa saja berbeda.
Kesenjangan ini terjadi
apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan dengan cara yang berlainan, atau
keliru mempersepsikan kualitas jasa. Walaupun pada awalnya persepsi yang
dimiliki konsumen dan perusahaan adalah sama, akan tetapi karena berbagai
faktor yang berlangsung, maka pada akhir proses pelayanan, persepsi konsumen
dan perusahaan tentang kualitas jasa ynag dimaksud bisa saja berbeda.
Oleh karena itui
menurut A.Parasuraman, dkk (dalam Valarie A.Zeithaml dan Mary Jo Bitner, Service
Marketing, 1996 ; Philip Kotler, 2000 : 499) menjelaskan
factor-faktor yang menentukan kualitas jasa dapat dibagi menjadi 5
dimensi kualitas jasa, yaitu :
- Bukti langsung (Tangible)
Meliputi penampilan
fisik, seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat
parkir, kebersihan, kerapiahn dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan
komunikasi dan penampilan karyawan.
- Keandalan (Realibility)
Yakni kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan
- Daya tangkap (Responsiveness)
Respon atau kesigapan
karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, yang meliuputi kesigapan para karyawan untuk membantu para pelanggan
dan memeberikan pelayanan dengan tanggap. Kecepatan karyawan dalam menangani
transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.
- Empati (Emphaty)
Perhatian secara
individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan,. Seperti kemudahaan
untuk menghubungi perusahaan, kemempuan karyawan untuk berkomunikasi dengan
pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan
- Jaminan (Assurance)
Mencangkup pengetahuan,
kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff , bebas
dari bahaya, resiko dan keraguan.
Tingkat kualitas
pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan, tetapi
harus dipandang dari sudut pandang penialian pelanggan. Karena itu, dalam merumuskan
strategi dan program pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada kepentingan
pelanggan dengan memperhatikan konponen kualitas pelayanan.
Tujuan menajemen jasa
pelayanan adalah untuk mencapai tingakt kualitas pelayanan tertentu. Karena
erat kaitnnya dengan pelanggan, tingkat ini dihubungkan dengan tingkat kepuasan
pelanggan. Manajemen kualitas jasa pelayanan tidaklah semudah manajemen
kualitas produk manufaktur. Ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam konsep manajemen jasa pelayanan
(Freddy Rangkuti, “Measuring Customer Satisfaction”, 2003: 20-21)
- Merumuskan suatu strategi
pelayanan
Strategi pelayanan
dimulai dengan perumusan suatu tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada
pelanggan. Perumusan strategi pelayanan ini pada dasarnya dilakukan dengan
merumuskan apa bidang usaha perusahaan, siapa pelanggan perusahaan dan apa yang
bernilai bagi pelanggan
- Mengkomunikasikan kualitas
kepada pelanggan
Strategi yang telah
dirumuskan dikomunikasikan kepada pelanggan, hal ini membantu pelanggan agar
tidak salah menafsirkan tingkat kepentingan yang akan diperolehnya. Pelanggan
perlu mengetahui dengan jelas mengenai macam dan tingkat yang akan diperolehnya
- Menetapkan suatu standar
kualitas secara jelas
Walaupun penetapan
suatu standar kualitas pelayanan dalam bidang jasa tidak mudah, hal ini perlu
diusahakan agar setiap orang mengetahui denga jelas tingkat kualitas yang harus
dicapai
- Menetapkan sistem pelayanan
yang efektif
Menghadapai pelanggan
tidaklah cukup hanya dengan senyuman dan sikap yang ramah, tetapi perlu lebih
dari iut, yaitu suatu sistem yang terdiri dari metode dan prosedur untuk dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat
- Karyawan yang berorientasi kepada
kualitas pelayanan
Setiap karyawan yang
terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui dengan jelas standar kualitas
pelayanan itu sendiri. Karena itu, perusahaan harus memperhatikan pemilihan
karyawan yang tepat dan melakukan pengawasan secara terus menerus bagaimana
pelayanan itu harus disampaikan
- Survei tentang kepuasan dan
kebutuhan pelanggan
Pihak yang menentukan
kualitas jasa pelanggan adalah pelanggan. Karena itu, perusahaan perlu
mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan dan kebutuhan pelanggan yang
perlu dipenuhi perusahaan. Informasi tersebut plus jumlah pelanggan yang merasa
puas dapat diketahui melalui survei secara periodik dan sistematis. Survei ini
juga bisa menunjukkan dalam hal apa ketidakpuasan terjadi.
LAYANAN STRATEGI (STRATEGY DESIGN)
Tata kelola
(governance) merupakan proses pengambilan keputusan dan proses dengan mana
keputusan tersebut akan diimplementasikan (atau tidak diimplementasikan). Salah
satu fungsi yang paling penting dari tata kelola adalah menyediakan kontrol
yang mencegah perilaku ceroboh dalam suatu bagian organisasi dan
orang-orangnya. Konsep governance merupakan pusat operasi suara dan manajemen
dari semua organisasi yang sehat. Ini mencakup berbagai kebijakan, proses dan
struktur yang ditetapkan oleh manajemen senior untuk memastikan kelancaran dan
kontrol yang efektif dari organisasi.
Standar internasional
untuk tata kelola IT, ISO / IEC 38500: 2008, 'menyediakan kerangka kerja untuk
pemerintahan yang efektif TI untuk membantu orang-orang di tingkat tertinggi
organisasi untuk memahami dan memenuhi kewajiban hukum, peraturan dan etika
mereka sehubungan organisasi mereka' penggunaan IT . Kerangka kerja ini
menetapkan enam prinsip tata kelola perusahaan yang baik dari IT, tanggung
jawab yang meliputi, strategi, akuisisi, kinerja, kesesuaian dan perilaku
manusia, sehingga jelas bahwa tata kelola TI adalah tentang banyak lebih dari
proses TI dan kontrol. IT berfungsi sebagai pengiriman dan pelaporan data,
dalam hal ini IT hrus dapat memastikan:
1. Integrasi informasi
2. Ketetapan waktu untuk mempercepat
pengambilan keputusan
3. Mengotomatisasi pengangkapan data
4. Menyediakan laporan untuk keperluan
pimpinan
5. Perfomance objective yang berfokus pada
bisnis governance
IT adalah bisnis
layanan, dan adopsi praktek manajemen pelayanan ITIL adalah cara yang efektif
untuk mengatasi tata kelola TI. Organisasi dengan tata kelola IT yang baik
mendapatkan manfaat seperti peningkatan nilai aset bisnis yang terkait TI.
Manfaat dari belajar tata kelola IT bahwa mampu memahami tata kelola dan
aktivitas-aktivitasnya, memastikan kinerja TI sesuai dengan tujuan utama tata
kelola TI, mengoptimalkan keuntungan dan kesempatan yang ditawarkan TI,
mengendalikan penggunaan terhadap sumber daya TI dan menglola resiko-resiko
terkait TI.
LAYANAN DESAIN
service design adalah
transformasi dari service strategy menjadi tahapan-tahapan untuk memberikan
pelayanan terhadap pengguna layanan.
Service design
memberikan penduan kepada organisasi IT untuk dapat secara sistemaITSdan best
pracITce mendesain dan membangun layanan IT maupun implementasi ITSM itu
sendiri.
desain layanan
bertujuan untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa
layanan baru akan melakukan seperti yang direncanakan dan disampaikan fungsi
dan manfaat dimaksudkan oleh bisnis. Prinsip ini adalah jantung dari pendekatan
ITIL dan mengapa sebagian besar proses desain layanan difokuskan pada
pengendalian operasional:
• manajemen Katalog
layanan;
• manajemen tingkat
layanan;
• Manajemen kapasitas;
• Koordinasi Desain;
• manajemen
Ketersediaan;
• IT manajemen
kelangsungan pelayanan;
• manajemen keamanan
informasi;
• manajemen Pemasok.
Pengendalian
operasional adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan
aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan
bisa diprogramkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar